Senin, 30 Juni 2014

Penangkapan dan penahanan pejuang kemerdekaan oleh pasukan Belanda (1)

Wilayah Medan, 21 Juli 1947
gahetna)
14 Februari 1947
gahetna)
Perbaungan, Serdang Bedagai, 28 Juli 1947
(© gahetna)
Cirebon
(© gahetna)
Anggota Hizbullah di Pelabuhan Ratu
(© gahetna)
Wilayah Bandung
(© gahetna)
Waktu: masa perang kemerdekaan
Tempat: l.d.a.
Tokoh:
Peristiwa: l.d.a.
Fotografer: Penangkapan dan penahanan pejuang kemerdekaan oleh pasukan Belanda
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: klik untuk memperbesar


UPDATE 23 Juni 2016
Untuk foto terakhir tersedia versi dengan ukuran lebih besar dan kualitas lebih bagus (tetapi terbalik).
Dua pejuang kemerdekaan yang tertangkap pasukan KNIL dan Belanda semasa Aksi Polisionil I di wilayah Bandung, 26 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

UPDATE 26 Juni 2016
Foto pertama dengan ukuran lebih besar dan kualitas lebih baik akan diposting tanggal 22 September 2016, berikut satu foto terkait.

UPDATE 21 Juni 2019
Ada satu foto yang dihapus dari posting ini karena memperlihatkan penangkapan pejuang kemerdekaan oleh pasukan Inggris dari kesatuan India, bukan oleh pasukan Belanda. Foto ini akan pindah ke posting tanggal 18 September 2014 yang memperlihatkan foto lain dari peristiwa yang sama.

Minggu, 29 Juni 2014

Para pejuang Sulawesi Selatan yang ditangkap Belanda di Polombangkeng, 1948

Ini adalah wajah-wajah dari para pejuang Indonesia di Sulawesi Selatan yang tertangkap Belanda di wilayah Polombangkeng pada tanggal 8 Januari 1948. Foto-foto ini dibuat di penjara Makassar, salah satunya malah dengan pose yang lumayan unik untuk tawanan perang.
Catatan: klik foto untuk memperbesar.

Berdiri dari kiri ke kanan: Mayor Ngampa, Mayor Pali, Letkol Sija, Kopral Leo, Serma Lawa.
Jongkok dari kiri ke kanan: Letkol Sibali, Letkol Relly, Kolonel Leo, Kolonel Temta, Letnan Mangun.
gahetna)
Dari kiri ke kanan: Bami, Bali, Ngalle.
gahetna)
Kol. Jaweng
gahetna)
Berdiri dari kiri ke kanan: Mayor Ngampa, Mayor Pali, Letkol Sija, Kopral Leo, Serma Lawa.
Jongkok dari kiri ke kanan: Letkol Sibali, Letkol Relly, Kolonel Leo, Kolonel Temta, Letnan Mangun.
gahetna)
Letjen. Ngalle
gahetna)
Waktu: 1948
Tempat: Makassar
Tokoh: l.d.a.
Peristiwa:
Fotografer:
 Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief gahetna.nl

Sabtu, 28 Juni 2014

Jalan Prapatan, Gambir, di tahun 1880

(klik untuk memperbesar)
Waktu: 1880 (atau di antara 1880 dan 1900)
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief

Jumat, 27 Juni 2014

Pertemuan 5 negarawan dalam rangka persiapan Konferensi Asia Afrika, 1955

(klik untuk memperbesar)
Waktu: 8 Januari 1955
Tempat: Istana Bogor
Tokoh: U Nu (Perdana Menteri Burma), Mohammed Ali Bogra (Perdana Menteri Pakistan), Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri RI), John Lionel Kotelawala (Perdana Menteri Sri Lanka), Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India)
Peristiwa: Lima kepala pemerintahan dari Burma, Pakistan, Indonesia, Sri Lanka, dan India bertemu di Bogor untuk mempersiapkan Konferensi Asia Afrika yang kemudian diadakan di Bandung, April 1955.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Bettmann / Corbis
Catatan: Pertemuan ini terkadang disebut juga Konferensi Panca Negara.

Kamis, 26 Juni 2014

Jakarta kebanjiran, 1949


Waktu: 18 (atau 23?) Januari 1949
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Jakarta kebanjiran, trem tidak bisa jalan.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Puluhan tahun kemudian masalah yang sama di sekitar bulan Desember-Januari tetap tidak terselesaikan.

Selasa, 24 Juni 2014

Soekarno dan para anggota Volksraad berlatih kemiliteran dengan seragam tentara Jepang

(klik untuk meperbesar)
Waktu: antara 1943 dan 1945
Tempat:
Tokoh: Soekarno, Soekardjo Wirjopranoto
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nationaal Archief
Catatan: Foto ini tampaknya dibuat pihak Jepang, kemudian jatuh ke tangan Belanda yang seterusnya memberikan tanda x untuk Soekarno, dan xx untuk Soekardjo Wirjopranoto. Khusus untuk Soekardjo Wirjopranoto, pihak Belanda menambahkan julukan dia sebagai Goebbel-nya Indonesia; Joseph Goebbel adalah menteri propaganda-nya Adolf Hitler. Soekardjo di zaman Jepang menjadi pemimpin redaksi dari harian Asia Raya yang diintensikan Jepang sebagai medium propaganda mereka.
Barangkali ini foto yang lumayan jarang karena memperlihatkan Soekarno dalam seragam militer dan melakukan latihan ketentaraan.

Senin, 23 Juni 2014

Mural mendukung kemerdekaan Indonesia (5)

Medan, Juli 1947
"Hands off Indonesia"
"Bersatoe berdjoeang serentak"
gahetna)
Singosari, 4 November 1947
"..tebus"
"Berdjoang!"
"Djika Blanda ta suka didjadjah djangan mendjadjah" (dengan karikatur sepatu lars berlambang swastika  Nazi menendang punggung Ratu Wilhelmina)
"Siap! Sedia"
"Hati² waspada"
gahetna)
Binjai, 22 Juli 1947
"You talk of Freedom Humanit and Justice"
gahetna)
Solo, November 1949
"T.N.I. ever rules Solo!"
gahetna)
"Indonesia never again the life-blood of any nation!"
"The birth right of a nation, the right of self-determination"
"Respect our constitution of Aug. 18-'45 we are a free nation conceived in liberty and dedicated to the proposition that all men are created equal"
gahetna)
Waktu: 1947, 1949
Tempat: Binjai, Medan, Singosari, Solo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: klik foto untuk memperbesar.


UPDATE 5 November 2016:
Foto kedua dengan ukuran yang lebih besar dan kualitas yang lebih baik.
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Sabtu, 21 Juni 2014

Jawaharlal Nehru dan Indira Gandhi di Bandung, 1955

(klik untuk memperbesar)
Waktu: April 1955
Tempat: Bandung
Tokoh: Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Indira Priyadarshini Gandhi (anak Jawaharlal Nehru)
Peristiwa: Nehru dan puterinya Indira berada di Bandung dalam rangka pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Bettmann / Corbis

Jumat, 20 Juni 2014

Mural mendukung kemerdekaan Indonesia (4), Bandung 1946

"Banteng moesti ngamoek, nica moesti remoek." (© gahetna)
"The torch of freedom could never again be extinguished in the hearts of 70 million Indonesians." (© gahetna)
"The Republic of Indonesia has been born, every foreign domination is gone" (© gahetna)
"After the recognition of our 100% independence we 70 000 000 Indonesians are ready to make discussions to all nations of the world. Before ... NO and NEVER also to you v. Mook with your grocer's policy" (© gahetna)
"After the recognition of our 100% independence we 70 000 000 Indonesians are ready to make discussions to all nations of the world - before ... NO and NEVER! Also to you v. Mook with your grocer's policy" (© gahetna)
"Hanja satoe tentara. T.R.I berhati soetji dan berani"
"Tentara dan rakjat bertoedjoean satoe"
gahetna)
"We want to keep our Indonesia, free and prosperous" (© gahetna)
Waktu: April 1946
Tempat: Bandung
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Van de Poll
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: klik di tiap foto untuk memperbesar.

Kamis, 19 Juni 2014

Penguburan empat tentara Belanda yang tewas di Padalarang, 1948

(klik untuk memperbesar)
Waktu: 17 Februari 1948
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Penguburan empat tentara Belanda yang tewas setelah pesawat DC3 yang mereka naiki jatuh di Padalarang 10 Februari 1948.
Fotografer: Aneta
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Foto ini juga memperlihatkan bahwa sebagian warga Hindia-Belanda lebih memilih kekuasaan Belanda dibandingan kemerdekaan. Terlihat bahwa beberapa tentara di pemakaman merupakan kesatuan dari Maluku; dan salah seorang yang dimakamkan bernama Singodjojo.

Rabu, 18 Juni 2014

Mayor Jenderal Soedibjo, 1946

(klik untuk memperbesar)
Waktu: 25 September 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh: Mayor Jenderal Soedibjo (pimpinan pihak Indonesia dalam perundingan dengan Belanda di bawah pimpinan Schermerhorn)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Soedibjo adalah salah satu dari sedikit perwira tinggi TNI mantan KNIL; sayang tidak begitu banyak sejarah yang diketahui tentang tokoh ini.


Update tanggal 21 Juni 2015: Di bawah ini tersedia foto Soedibjo bersama para pejuang lain yang tergabung dalam delegasi Indonesia untuk perundingan dengan Schermerhorn.
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Selasa, 17 Juni 2014

Suasana multi-etnis di perkebunan tembakau di Sumatera Utara di awal abad ke-20 (1)


Waktu: 1918
Tempat: Binjai
Tokoh:
Peristiwa: Tuan Belanda sebagai administrator perkebunan di Binjai duduk bersama anjingnya, dikelilingi para mandor dan juru tulis dari Tiongkok, Jawa, dan Tamil.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nationaal Archief


Update 6 Juli 2014
(klik untuk memperbesar © gahetna)
Waktu: 1901
Tempat: Deli (Mariendal)
Tokoh:
Peristiwa: Pemilik perkebunan Belanda di Deli Mariendal dikelilingi oleh para pegawainya yang tampak berasal dari Jawa, Tiongkok, atau India. Orang Belanda tampak berpakaian puith-putih, berdiri, atau duduk, dan juga memangku anak. Pekerja dari Tiongkok kelihatan telanjang dada, kepala plontos bertaucang. Pekerja dari India (Tamil?) duduk bersila dengan sehelai kain penutup dada. Yang lainnya kemungkinan besar berasal dari Jawa, jika dilihat dari kebaya atau jangkepnya.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nationaal Archief

Senin, 16 Juni 2014

Kabinet Republik Indonesia Serikat, 1950

(klik untuk memperbesar)
Waktu: 8 Januari 1950
Tempat: Jakarta
Tokoh: Soekarno (Presiden RIS), Muhammad Hatta (Wakil Presiden RIS)
Peristiwa: Soekarno, Hatta, dan para anggota pemerintahan RIS berfoto bersama.
Fotografer: Ana
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief

Minggu, 15 Juni 2014

Sabtu, 14 Juni 2014

Salah satu tank pertama milik TNI, 1946


Waktu: 29 Januari 1946
Tempat:
Tokoh:
Peristiwa: Beberapa pejuang kemerdekaan berpose di dekat tank Vickers-Carden Loyd, yang merupakan senjata milik KNIL yang disita tentara Jepang di tahun 1941/1942 dan kemudian jatuh ke tangan para pemuda Indonesia di tahun 1945/1946.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nationaal Archief


Update tanggal 21 June 2015: Di bawah ini tersedia foto dengan ukuran lebih besar dan mutu lebih bagus. Dikabarkan bahwa foto ini pernah dimuat oleh harian Inggris "The Sun".
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Jumat, 13 Juni 2014

Perusakan harta benda warga Tionghoa semasa perang kemerdekaan 6 - Pamekasan

Pengantar: Pemberian nama "John Lie" kepada salah satu kapal perang TNI Angkatan Laut, mengingatkan kembali akan sumbangsih warga Tionghoa semasa perang kemerdekaan. Mudah-mudahan langkah ini bisa memulai diskusi terbuka dan tanpa prasangka tentang situasi yang dihadapi warga Tionghoa semasa perang kemerdekaan.

Harus diakui tema ini cenderung tidak dibicarakan orang, barangkali karena masalahnya dianggap sensitif. Tetapi menutup-nutupi bukanlah solusi yang bijak, paling tidak untuk jangka panjang, karena a.l. hanya akan menyuburkan gosip, praduga, generalisasi, kabar burung, dan kecurigaan. Hanya dengan keterbukaan kita bisa melihat sejarah dengan jernih dan mengambil pelajaran berharga darinya.

Sejak era reformasi sudah terlihat banyak kemajuan di dalam hal yang menyangkut warga Tionghoa. Barangkali ini saatnya untuk menggali kembali apa yang dialami bangsa ini ketika republiknya baru berusia sangat muda.

Gambar-gambar berikut memperlihatkan kerusakan yang dialami warga Tionghoa di berbagai tempat akibat tindakan para pejuang kemerdekaan. Kita serahkan kepada para pakar sejarah untuk melihat duduk permasalahannya. Mudah-mudahan gambar-gambar ini bisa berkontribusi di dalamnya.

 Pamekasan (© gahetna)
 Pamekasan (© gahetna)
Pamekasan (© gahetna)
Waktu: (4?) Augustus 1947
Tempat: Pamekasan (Madura)
Tokoh:
Peristiwa: Perusakan pemukiman warga Tionghoa di Pamekasan oleh para pejuang kemerdekaan menyusul Aksi Polisionil 1 yang dijalankan Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: klik foto untuk memperbesar.


UPDATE 3 Agustus 2018
Berikut foto-foto di atas dengan ukuran lebih besar, untuk nomer 2 dan 3 juga dengan kualitas lebih bagus.
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)


Kamis, 12 Juni 2014

Perusakan harta benda warga Tionghoa semasa perang kemerdekaan 5 - Jawa Tengah

Pengantar: Pemberian nama "John Lie" kepada salah satu kapal perang TNI Angkatan Laut, mengingatkan kembali akan sumbangsih warga Tionghoa semasa perang kemerdekaan. Mudah-mudahan langkah ini bisa memulai diskusi terbuka dan tanpa prasangka tentang situasi yang dihadapi warga Tionghoa semasa perang kemerdekaan.

Harus diakui tema ini cenderung tidak dibicarakan orang, barangkali karena masalahnya dianggap sensitif. Tetapi menutup-nutupi bukanlah solusi yang bijak, paling tidak untuk jangka panjang, karena a.l. hanya akan menyuburkan gosip, praduga, generalisasi, kabar burung, dan kecurigaan. Hanya dengan keterbukaan kita bisa melihat sejarah dengan jernih dan mengambil pelajaran berharga darinya.

Sejak era reformasi sudah terlihat banyak kemajuan di dalam hal yang menyangkut warga Tionghoa. Barangkali ini saatnya untuk menggali kembali apa yang dialami bangsa ini ketika republiknya baru berusia sangat muda.

Gambar-gambar berikut memperlihatkan kerusakan yang dialami warga Tionghoa di berbagai tempat akibat tindakan para pejuang kemerdekaan. Kita serahkan kepada para pakar sejarah untuk melihat duduk permasalahannya. Mudah-mudahan gambar-gambar ini bisa berkontribusi di dalamnya.

 Gombong (© gahetna)
 Gombong (© gahetna)
Purwokerto, Juli 1947 (© gahetna)
Purwokerto, Juli 1947 (© gahetna)
Cilacap (© gahetna)
Pabrik tenun milik Tam Kien Tong di Pekalongan (© gahetna)
Tukang gigi milik Wan Kok Bouw di Pekalongan (© gahetna)
Waktu: antara 1946-1949
Tempat: l.d.a.
Tokoh:
Peristiwa: Perusakan pemukiman warga Tionghoa di Jawa Tengah oleh para pejuang kemerdekaan semasa perang kemerdekaan melawan Belanda.
Fotografer: P. de Bruijn (foto keempat)
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: klik foto untuk memperbesar.



UPDATE tanggal 28 Juli 2015
Di versi awal dari posting ini ada sebuah foto dengan deskripsi "Serangan gerilyawan ke sebuah pemukiman warga Tionghoa antara Cirebon dan Tegal". Informasi lebih lanjut menunjukkan bahwa dua lelaki bersenapan kemungkinan adalah milisi Tionghoa bersenjata yang mengawal evakuasi warga Tionghoa dari wilayah Ciledug dekat Cirebon, dan bukan gerilyawan yang menyerang wilayah itu.
Ada beberapa foto dari proses evakuasi ini, yang akan diposting kemudian.

UPDATE tanggal 6 Juli 2018: Proses evakuasi di Ciledug, (Cirebon) ini akan dimuat tanggal 3 Agustus 2018.

UPDATE tanggal 13 Juli 2018: Foto nomer 4 dengan ukuran yang lebih besar dan kualitas lebih bagus.
Purwokerto, 24 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © P. de Bruijn / gahetna)

UPDATE tanggal 1 Agustus 2018: Foto nomer 6 dengan ukuran yang lebih besar dan kualitas lebih bagus.
Pabrik tenun milik Tam Kien Tong di Pekalongan, Agustus 1947
(klik untuk memperbesar | © Bosman / gahetna)

UPDATE tanggal 3 Agustus 2018: Foto nomer 2 dengan ukuran yang lebih besar dan kualitas lebih bagus.
Gombong, 5 Agustus 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)